Welcome to our blog

VISI :

Menjadi Lembaga Pendidikan Tenaga Kepandidikan dalam bidang pendidikan Fisika yang terkemuka dalam menjalankan Tridarma Perguruan Tinggiyang lulusanya memiliki kemampuan akademik profesional, melek sains dan teknologi, berdaya saing tinggi, berakhlak mulia,serta bertakwa Kepada Tuhan yang Maha Esa.

MISI :

  1. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran fisika
  2. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang pendidikan fisika
  3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat dalam bidang pendidikan fisika
  4. Menyelenggarakan pembinaan terhadap civitas akademik pendidikan fisika
  5. Menyelenggarakan pembinaan terhadap mahasiswa pendidikan fisika

TUJUAN :

  1. Menyiapkan calon guru fisika yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dasar dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan dan pembelajaran, serta siap latih untuk menjadi guru yang professional
  2. Menghasilkan karya penelitian di bidang pendidikan fisika dalam rangka pengembangan dan penyebarluasan iptek untuk meningkatkan kualitas pendidikan, proses pembelajaran, dan hasil belajar.
  3. Menghasilkan karya pengabdian pada masyarakat di bidang pendidikan fisika dalam rangka peningkatan kualitas guru fisika melalui kerjasama dengan lembaga, dinas, atau instansi terkait.
  4. Meningkatkan kualitas civitas akademika dan mahasiswa pendidikan fisika melalui pembinaan dan kegiatan lainnya yang relevan.
  5. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang pendidikan fisika melalui kegiatan ilmiah yang relevan.

Senin, 12 Desember 2011

Massa Jenis Zat Padat dan Hukum Archimedes

A.  Tujuan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
  • Terampil menggunakan neraca Ohaus, mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
  • Menentukan massa jenis benda padat bentuk kontinu dan tidak kontinu
  • Menentukan hubungan antara rapat massa zat cair dengan gaya keatasnya terhadap benda dengan volume tertentu,

B.  Dasar Teori
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat, karena setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Massa jenis menunjukkan kerapatan suatu benda atau massa persatuan volum yang dirumuskan sebagai berikut:
r = m/V                                                                                     (1)
dengan  r  = massa jenis (kg/m3)  m = massa zat (kg) dan V  =   volume   zat (m3).   Jika massa dan volume zat diketahui maka massa jenis zat itu dapat ditentu­kan.
Massa  zat dapat diketahui dengan cara menimbang zat itu  dengan  timbangan atau neraca  ohaus sehingga  besaran   massa   dapat  diukur langsung dengan alat ukurnya.
Pengukuran volume balok secara langsung dapat dilakukan dengan memasukkan zat  padat  itu  ke dalam gelas ukur  yang  berisi  zat cair. Apabila zat  itu   tenggelam seluruhnya  maka perubahan  penunjukan  volume  itu merupakan  voleme  dari  zat padat tersebut. Sedangkan pengukuran volume balok secara tidak langsung dengan mengukur panjang, lebar, dan tinggi balok dengan menggunakan alat ukur panjang diantaranya mistar, jangka sorong, dan mikrometer. Setelah itu volume balok dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
V = p x l x t                                                                               (2)
Dimana p = panjang balok, l = lebar balok, dan t  =  tinggi  balok
Pada saat balok ditimbang di udara dengan berat Wu ternyata berat benda saat diukur dalam zat cair Wa beratnya lebih kecil, menurut hukum Archimedes, “sebuah benda yang tercelup dalam suatu fluida akan mengalami gaya ke atas  Fa seberat volume fluida yang dipindahkan. Sehingga dapat dirumuskan:
Wa = Wu – Fa                                                                              (3)
Dimana Fa = berat volume air dipindahkan = rair .Vair pindah . g (4)

  1. C.  Metode Percobaan
Alat dan Bahan
  • Neraca Ohaus
  • Gelas Ukur
  • Mistar
  • Jangka Sorong
    • Mikrometer
    • Balok
    • Air
 
Rumusan hipotesis: ……………………………………………….………………
Identifikasi dan definisi operasional variabel: ………………………………….
………………………………………………………………………………………

Langkah Percobaan
  1.     Massa Jenis Zat Padat Bentuk Kontinu
a)    Menimbang massa balok dengan menggunakan neraca Ohaus.
b)   Mengukur volume balok dengan mengukur variabel-variabel penyu-sunnya dengan menggunakan mistar beberapa kali.
c)    Mengulangi langkah 3 dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Tabel 1. Hasil pengukuran mistar, jangka sorong, dan mikrometer
massa balok = ……………..
Alat Ukur
No
p ± D p
l ± D l
t ± D t
Mistar
1
     
2
     
3
     
Jangka Sorong
1
     
2
     
3
     
Mikrometer
1
     
2
     
3
     
 2.    Massa Jenis Zat Bentuk Tak Kontinu
Rencanakan eksperimen untuk mengukur massa jenis batu yang bentuknya tidak kontinu
Tabel 2. Hasil pengukuran dengan gelas ukur
Pengukuran
m ± D m
V1 ±  DV1
V2 ±  D V2
1
2
3
 3.    Hukum Archimedes
    1. Mengisi gelas berpancuran dengan air hingga penuh (a)
    2. Mengukur berat benda di udara dengan neraca pegas (b) kemudian catat hasilnya pada Tabel.
    3. Memasukkan benda ke dalam zat cair (c) kemudian catat berat benda yang terukur oleh neraca pegas dan volume zat cair yang dipindahkan.
    4. Mengulangi dengan massa dan volume benda tercelup yang berbeda.
Tabel 3. Hasil Percobaan Hukum Archimedes
No
W±  D Wu
Wa  ±  D Wa
V ±  DV
       
       
       
     

Analisis
  1. Membandingkan hasil pengukuran massa jenis zat padat menggunakan jangka sorong, mikrometer, dan mistar?
  2. Menghitung massa jenis benda padat yang bentuknya tidak teratur!
  3. Membandingkan hasil pengukuran gaya ke atas dengan menggunakan persamaan (3) dan (4), jelaskan hasilnya.

Diskusi
  1. Bagaimana cara mengukur massa jenis zat cair?
  2. Kendala apakah yang kamu hadapi saat percobaan, bagaimana cara mengatasinya?

Pengenalan dan Pengetesan Alat Elektronika

A.   TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
  1. Dapat mengenal beberapa wujud, simbol serta nilai besaran komponen elektronika
  2. Dapat mengetahui kegunaan komponen elektronika
  3. Dapat mengidentifikasi komponen pasif, komponen aktif dan komponen penunjang
  4. Dapat mengetes komponen apakah masih berfungsi atau tidak (rusak)
B.  ALAT DAN BAHAN
  1. Multimeter
  2. komponen elektronika
  3. Konektor
C.  PENDAHULUAN
1.   Pengenalan Komponen-Komponen Elektronika
Pada dasarnya komponen dalam elektronika dibagi atas tiga kelompok yakni :
  1. Komponen pasif, yang terdiri dari : resistor, induktor, kapasitor, dll.
  2. Komponen aktif, yang terdiri dari : dioda semikonduktor, transistor, IC, dll
  3. Komponen penunjang, yang terdiri dari : casis, saklar, konektor, dll
Ketiga komponen di atas mempunyai sifat dan peranan yang sangat berbeda dalam rangkaian elektronika, misalnya bagaimana peranan resistor dan dioda dalam penyearah, bagaimana perananan transistor dalam penguatan sinyal elektronika dan laina sebagainya. Oleh karena itu sebelum mempelajari lebih dalam tentang fungsi komponen-komponen di atas, maka perlu untuk mengenal dan megetes tentang komponen elektronika tersebut. Berikut ini akan dikemukan secara sekilas beberapa bentuk komponen elektronika sebagai berikut :
  1. Tahanan (resistor)
Nilai dari uati bahan/komponen elektronika ada yang tetap, ada pula yang variabel seperti potensiometer dan trimpot. Besar/nilai resistorada yang terbaca langsung dan ada pula dengan kode warna atau cincin warna
  1. Kondensator (kapasitor)
Seperti halnya resistor nilai kondesator ada yang tetap dan ada pula yang variabel. Besar nilainya ada yang dibaca langsung ada pula yang menggunakan kode warna
  1. Dioda
  2. Transistor
  3. Induktor dan Transformator
2.  Cara Pengetesan Komponen Elektronika
Berikut ini akan diuraikan tentang pengetesan komponen elektronika sebagai berikut :
  1. Tahanan (resistor)
Bila ujung-ujung dari tahanan dihubungkan dengan ujung-ujung multimeter yang telah dikalibrasi, maka :
  • Jarum menunjukkan nilai nol berarti jebol
  • Jarum tidak bergerak berarti rusak
  • Jarum menunjukkan nilai tertentu bebrarti baik
  1. Dioda
Untuk dioda pengetesannya adalah sebagai berikut :
  1. Kaki anoda (+) dihubungkan dengan ujung baterai (-) dan kaki (-) dihubungkan dengan ujung baterai (+), jika :
  • Jarum bergerak berarti baik
  • Jarum tidak bergerak berarti rusak
b. Kaki anda (+) dihubungkan dengan ujung baterai (+) dan kaki katoda (-) dihubungkan dengan ujung baterai (-), jika :
  • Jarum bergerak berarti rusak
  • Jarum tidak bergerak berarti baik
  1. Transistor
3.1. Transistor PNP
Untuk transistor PNP pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan
Keadaan jarum
Keterangan
Basis (-) dan Emitter (+)Basis (-) dan Kolektor (+)Basis (+) dan Emitter (-) Basis (+) dan Emitter (-)
BergerakTidak bergerakBergerak Tidak bergerak
Bergerak
Tidak bergerak
Bergerak
Tidak bergerak
BaikRusakBaik Rusak
Baik
Rusak
Rusak
Baik
3.2. Transistor NPN
Untuk transistor NPN pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan
Keadaan jarum
Keterangan
Basis (-) dan Emitter (+)Basis (-) dan Kolektor (+)Basis (+) dan Emitter (-) Basis (+) dan Emitter (-)
BergerakTidak bergerakBergerak Tidak bergerak
Bergerak
Tidak bergerak
Bergerak
Tidak bergerak
RusakBaikRusak Baik
Baik
Rusak
Baik
Rusak
  1. Transformator (trafo)
Untuk trafo pengetesannya adalah sebagai berikut :
  1. Semua kaki bagian primer/sekunder berhubungan berarti baik.
  2. Salah satu kali bagian primer/sekunder tidak berhubungan berarti rusak.
  3. Antara primer dan sekunder berhubungan berarti rusak.
  4. Antara primer dan sekunder tidak berhubungan berarti baik
  5. Kapasitor
    1. Jika jarum menyimpang dan kembali berarti baik
    2. Jika jarum menyimpang dan tidak kembali berarti jebol
    3. Jika jarum menyimpang dan kembali tetapi tidak pada posisi semula berarti rusak
    4. Jika jarum tidak bergerak berarti rusak

D.  KEGIATAN DI LABORATORIUM
1.   Pengenalan Komponen Elektreonika
Dalam kegiatan ini disediakan bebrapa komponen elektronika, kemudian lakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk di bawah ini :
  1. Tuliskan nama dan symbol komponen elektronika yang telah disediakan
  2. Kelompokkan komponen elektronika tersebut berdasarkan atas komponen pasif, aktif dan penunjang
  3. Catat hasil pengamatan yang anda lakukan pada table pengamatan
2.   Pengetesan komponen elektronika
Petunjuk pengetesan komponen elektronika
  1. Pengetesan tahanan
    1. Putarlah saklar multimeter ke arah OHM (1 x, 10 x, 100 x, dst)
    2. Kalibrasi multimeter dengan menyentuhkan kedua ujung kabel multimeter, atur potensiometer sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol.
    3. Sentuhkan kedua ujung multimeter dengan ujung tahanan yang telah disediakan.
    4. Catat hasil pengamatan anda pada tabel pengamatan
  2. Pengetesan kapasitor
    1. Putarlah saklar multimeter pada kedudukan 1 x
    2. Sentuhkan kedua ujung multimeter dengan kedua ujung kapasitor yang telah disediakan
    3. Catat hasil pengamatan anda pada table pengamatan
  3. Pengetesan dioda
    1. Putarlah saklar multimeter pada kedudukan 10 x
    2. Ambil dioda yang telah disiapkan,kemudian tentukan anoda dan katodanya
    3. Sentuhkan ujung negatif multimeter dengan anoda dan ujung positif dengan katoda
    4. Perhatikan keadaan jarum
    5. Tukarlah polaritas pada kegiatan 3, dan amati keadaan jarum multimeter.
    6. Cata hasil pengamatan anda pada tabel pengamatan
  4. Pengetesan transistor
    1. Putarlah saklar multimeter pada kedudukan 1 x
    2. Ambil transistor yang telah disediakan kemudian tentukan kaki basi, emitter dan kolektor.
    3. Tempatkan kutub (+) pda basis dan kutub (­-)pada kolektor, perhatikan keadaan jarum. Pindahkan kutub (-) pada emitter, perhatikan lagi keadaan jarum.
    4. Tempatkan kutub (-) pda basis dan kutub (+) pada kolektor, perhatikan keadaan jarum. Pindahkan kutub (+) pada emitter, perhatikan lagi keadaan jarum.
    5. Bila transistor tersebut baik tentukan jenisnya.
    6. Catat hasilpengamatan pada table pengamatan.
  5. Pengetesan transformator
    1. Putarlah saklar multimeter pada kedudukan 1 x
    2. Ambil salah satu trafo yang telah disediakan
    3. Sentuhkan kedua ujung multimeter pada ujung-ujung primer trafo, perhatikan keadaan jarum
    4. Ulangi kegiatan c untuk bagian sekunder trafo
    5. Sentuhkan ujung-ujung multimeter pada bagian primer dan bagiansekunder trafo, perhatikan keadaan jarum multimeter
    6. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan
E.  TABEL PENGAMATAN
  1. Pengenalan komponen elektronika
Beberapa komponen elektronika dan simbolnya
No
Nama komponen
Simbol
Gambar
1



2



3



4



5



6



7



  1. Pengelompokan komponen elektronika
Komponen aktif
No
Nilai/Kode
Nama Komponen
Keterangan
1


2


3


4


5


Komponen pasif
No
Nilai/Kode
Nama Komponen
Keterangan
1


2


3


4


5


Komponen penunjang
No
Nilai/Kode
Nama Komponen
Keterangan
1


2


3


4


5  

Osiloskop Sinar Katoda

  1. A.     TUJUAN PERCOBAAN
    1. Mengetahui prinsip kerja dari CRO .
    2. Dapat mengukur tegangan puncak atau amplitudo suatu tegangan periodik.
    3. dapat menampilkan beberapa bentuk tegangan periodik.
  2. B.     ALAT DAN BAHAN
    1. 1.       Osiloskop sinar katoda ( CRO )
    2. 2.       Potensio meter .
    3. 3.       Step Down Transformer dengan center Tap (CT).
    4. 4.       Volt meter ( Multimeter ).
    5. 5.       Kabel penghubung.
  1. C.     DASAR TEORI
Cathode Ray Oscilloscope (CRO) atau sering disebut Osiloskop Sinar Katoda adalah alat yang paling umum di gunakan dalam pengukuran-pengukuran besaran elektronis, seperti alat pengukur multi meter yang digunakan untuk mengukur tegangan AC, tegangan DC, Arus AC, arus DC, dan tahanan suatu rangkaian, maka osiloskop mempunyai kemampuan yang sama dan bahkan melebihi kemampuan multimeter.
Pada prinsipnya, Osiloskop dapat digunakan untuk mengukur :
  1. Tegangan AC dan DC.
  2. Bentuk gelombang AC dan DC.
  3. Frekuensi gelombang / tegangan listrik.
  4. Beda fase tegangan listrik.
Tidak seperti halnya multimeter yang hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan AC pada frekuensi 50 Hz saja,maka dengan osiloskop, kita dapat mengukur tegangan AC yang mempunyai frekuensi mulai dari 0 – 10 MHz.
Yang paling utama dan paling penting dalam CRO adalah Tabung Sinar Katoda (Cathode Ray Tube–CRT). Pada CRT ini terdapat sumber yang memancarkan / menembakkan elektron (Elektron Gun) ke suatu tabir yang berpendar (Layar Flourisensi) bila di kenai elektron berkecepatan tinggi. Seperti yang kita ketahui bahwa elktron dapat di pengaruhi oleh medan listrik dan dan medan megnet. Pada umumnya CRO menerapkan medan listrik untuk mengatur arah gerak elektron,  medan listrik tersebut diadakan antara dua lempengan  (Deflection plates), vertikal dan horizontal. Dengan memasang tegangan yang hendak diselidiki pada lempeng vertikal (andaikan pada lempeng horizontal tidak ada tegangan) maka pada tabir akan tampil garis vertikal yang memberikan informsi tentang amplitudo tegangan tersebut. Tetapi bila lempeng horizontal di pasang suatu tegangan periodik yang berbanding lurus dengan waktu dan frekuensinya di buat sama dengan frekuensi tegangan yang diselidiki maka gambar yang hanya memberi kesan tegak, sekarang akan bergerak juga kekanan dengan kecepatan tetap hingga kita melihat suatu gambar gejala periodik pada tabir, seakan akan kita membuat sutu grafik dengan ordinat tegangan dan absis waktu.
Bagian – bagian CRO :
  1. Saklar ON-OFF : Tombol untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan CRO.
  2. Intensitas          : Tombol untuk mengatur gelap terangnya layar.
  3. Focus               : Tombol untuk memfocuskan gambar
  4. Y-Pos,­¯         : Tombol pengatur posisi gambar arah vertikal.
  5. X-Pos, ¬ ®    : Tombol pengatu posisi gambar arah horizontal.
  6. V/Div                : Pengatur nilai kalibrasi tegangan perkala vertikal.
  7. Time/Div           : Pengatu nilai kalibrasi waktu perkala horizontal.
  8. SYNC – INT     : Tombol untuk memelih jenis sinkronisasi, apakah secara
   external,internal atau line.
  1. AC–GND–DC   : Tombol pemilih jenis tegangan input.
  2. D.     PROSEDUR KERJA
    1. Cara mengaktifkan CRO.
Setelah tombol POWER ditekan, maka lampu pilot “on” akan menyala. Beberapa saat kemudian pada layar CRO akan terlihat bekas garis-garis. Kalau gambar tersebut terlalu terang atau terlalu gelap, aturlah dengan tombol “INTENSITY”. gambar yang tidak berfokus ( tidak tajam / kabur ) dapat diatur dengan kedudukan fokosnya dengan tombol focus. Gambar dapat diatur kedudukannya sehingga berada tept ditengah – tengah layar, dengan tombol “HORIZONTAL POSITION” dengan tombol “VERTIKA POSITION”.
  1. 2.       Pengukuran Tegangan Peak to Peak ( VPP ).
    1. Susunlah rangkaian seperti skema berikut.
    2. Hubungkan input X ( channel-X ) CRO dengan kutup-kutup keluaran rangkaian tersebut di atas.
    3. Putar tombol Volt/Div. pada posisi 0.5 Volt/Div. kemudian aturlah kedudukan gambar pada layar dengan tombol “VERTIKAL POSITION” sehingga gambar mudah dibaca.
    4. Ambillah 3 sampai 5 posisi pada potensiometer, setiap kali putaran baca penunjukan gambar pada layar CRO dan catat hasil pengamatan anda serta bandingkan dengan pembacaan Voltmeter.
Unruk lebih lengkapnya download di bawan ini

DOWNLOAD

Untai AC (Rangkaian RLC)

A. TUJUAN PERCOBAAN
  1. Mengetahui karakteristik dan sifat-sifat dari komponen-komponen sirkuitAC (Alternating Current)
  2. Dapat membedakan antara sirkuit dengan Resistansi (R) dan kapasitansi (C) dalam hubungan seri dan  parallel, sirkuit dengan Resistansi (R) dan Induktansi (L) dalam hubungan seri dan  paralel, serta sirkuit dengan RLC dalam hubungan seri dan paralel.
  3. Menentukan besar impedansi (Z) dari ketiga sirkuit RC, RL,RLC.
B. ALAT DAN BAHAN
1.    Transformator Step Down (Power Supply AC Variabel)
2.    Voltmeter AC.
  1. Amperemeter AC.
  2. Kit Untai AC (yang terdiri dari resistor,kapasitor dan Induktor RFC).
  3. Kabel Penghubung.
Lebih lengkap download  di bawah ini


Pengukuran Beda fase dan frekuensi

A.     TUJUAN PERCOBAAN

  1. Mengetahui prinsip kerja CRO.
  2. Mengetahui prinsip dasar pengukuran beda fase dan frekuensi dengan menggunakan CRO.
  3. Dapat menampilkan beberapa bentuk gelombang periodik.

B.     ALAT DAN BAHAN

  1. osiloskop sinar katoda
  2. audio frekuensi generator-AFG.
  3. kit beda fase tegangan.
  4. kabel penghubung
Lebih lengkat download aja di bawah ini

Jembatan Wheatstone

A.   TUJUAN PERCOBAAN
  1. Mengetahui prinsip kerja dari Jembatan Wheatstone.
  2. Menentukan nilai hambatan sebuah resistor dengan sistem jembatan wheatstone.
B.   ALAT DAN BAHAN
  • Baterai
  • Galvanometer
  • Saklar
  • Stand baterai
  • Resistor
  • Jembatan dengan kontak geser
  • Kabel penghubung
C.     TEORI SINGKAT
Untuk mengetahui besarnya nilai rresistansi dari suatu hambatan dapat ditentukan (diukur) dengan menggunakan system sambungan jembatan wheatsone.
Pada umumnya sambungan jembatan ini terdiri dari empat buah tahanan yang masing-masing R1, R2, Rx, dan Rn, sebuah galvanometer dan sebuah sumber tegangan .
Sumber tegangan E akan mengeluarkan sejumlah kuat arus I yang akan mengalir ke tahanan-tahanan tadi. Asas utama pengukuran menggunakan jembatan-jembatan wheatstone adalah : “Mengatur R1, R2, Rx, dan Rn sedemikian sehingga sambungan jembatan tadi berada dalam keadaan seimbang (balance), dimana pada kawat cabang CD tidak akan dialiri arus listrik. Jadi, pada keadaan seimbang Galvanometer G akan menunjukkan angka nol (0).”

lebih lengkap dapat didownload di bawah ini

Pengukuran Daya Listrik

.     TUJUAN PERCOBAAN

  1. Menentukan daya listrik dengan metode Voltmeter-Amperemeter DC.
  2. Menentukan daya listrik dengan metode 3 Voltmeter-3 Amperemeter AC.

B.     ALAT DAN BAHAN

  1. 1.       Pengukuran daya listrik dengan metode Voltmeter-Amperemeter DC.
    1. Voltmeter dan Amperemeter DC.
    2. Bohlam.
    3. Power Supply.
    4. Konektor.
  2. 2.       Pengukuran daya listrik dengan metode 3 Voltmeter-3 Amperemeter AC.
    1. 3-Voltmeter dan 3-Amperemeter AC.
    2. Bohlam.
    3. Potensiometer.
    4. Power Supply.
    5. Konektor.

C.     DASAR TEORI

  1. 1.       Pengukuran daya listrik dengan metode Voltmeter-Amperemeter DC.
Menurut persaman , setiap saat daya yang diberikan arus I melalui suatu perbedaan tegangan V adalah P = Vi. Bila tegangan dan arus itu tetap besarnya dan nilainya masing-masing V dan I, maka daya menjadi :  P = VI.
  1. 2.       Pengukuran daya listrik dengan metode 3 Voltmeter-3 Amperemeter AC.
Dalam pengukuran fase, dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan 3 alat ukur  voltmeter dan atau amperemeter. Bila dilakukan pengukuran dengan menggunakan voltmeter maka diperoleh V1, V2, dan V3.
V32  = V12 + V22 + 2 V1V2 cos j
W    = V1 I cos j = V1         cos j
       =  (V32V22 -V12)
Dengan menggunakan cara tiga alat ukur amperemeter maka bila masing-masing alat ukur menunjukkan I1, I2, dan I3, maka
I32 = I12 + I22 + 2I1I2 cos j
W  = V I1 cos j = I2RI1 cos j
     = (I32I22 -I12)

lebih lengkap download ja di bawah ini

DOWNLOAD

Pengukuran Rangkaian Seri dan Paralel

A.     TUJUAN PERCOBAAN

  1. Mampu memahami perbedaan dasar rangkian seri dan paralel.
  2. Terampil dalam melakukan pengukuran arus dan tegangan dalam rangkaian seri dan paralel.
  3. Mampu membuktikan Hukum Kirchoff.

B.     ALAT DAN BAHAN

  1. Voltmeter
  2. Amperemeter
  3. Resistor
  4. Sumber Tegangan (Power Supply)
  5. Kabel Penghubung

C.     DASAR TEORI

Hukum Kirchoff menyatakan bahwa jumlah aljabar arus-arus yang menuju ke suatu titik simpul adalah sama dengan nol. Gambar 2.1 menunjukkan suatu titik simpul dari sebuah rangkaian, dengan arus-arus I1, I2, I3, dan I4 yang terhubung dengan titik simpul tersebut. Untuk dapat menunjukkan secara aljabar maka arus yang arahnya menuju titik simpul diberi tanda positif, yang meninggalkan titik simpul diberi tanda negatif. Jadi berlaku :
1 + I­2 – I­3+ I­4 = 0

lebih lengkap download aja di bawah ini

Pengukuran Arus dan tegangan

A.     TUJUAN PERCOBAAN

  1. Mengukur arus dan tegangan dalam suatu rangkaian.
  2. Memplot grafik hubungan antara arus dan tegangan.

B.     ALAT DAN BAHAN

  1. Voltmeter dan Amperemeter.
  2. Resistor.
  3. Power Supply.
  4. Kabel Penghubung.
  5. Potensiometer / Rheostat

C.     DASAR TEORI

Untuk mengawasi besaran – besaran yang dijumpai dalam operasi, diperlukan pengukuran – pengukuran. Dalam pengkuran besaran-besaran listrik misalnya, yang kebanyakan menjadi sasaran adalah tegangan, arus, daya dan energi.
  1. 1.       Pengukuran Tegangan
Alat-alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan dinamai Voltmeter. Karena tegangan adalah perbedaan potensial antara dua buah titik, maka bila hendak mengukur tegangan, jepitan voltmeter harus dihubungkan ke titik-titik yang bersangkutan tersebut. Gambar 1.1 menunjukkan pengukur tegangan dengan voltmeter antara jepitan – jepitan a – b suatu rangkaian yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan.
Dengan menghubungkan jepitan-jepitan V ke titik – titik a dan b, maka pada umumnya mengalirlah arus I melalui kumparan alat pengukur, yang diperlukan guna menimbulkan kopel pemutar sistem pengukur.
lebih lengkap download aja dibawah ini


Pengertian Laboratorium

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:7), Laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Tempat ini dapat merupakan  suatu  ruangan  tertutup,  kamar,  atau  ruangan  terbuka,  misalnya kebun. Dalam pengertian yang  terbatas  laboratorium  ialah  suatu  ruangan yang  tertutup  tempat  melakukan  percobaan  dan  penyelidikan.  Selain  itu, menurut Widyarti (2005:1) “Laboratorium   adalah   suatu   ruangan   tempat melakukan  kegiatan  praktek  atau  penelitian  yang  ditunjang  oleh  adanya seperangkat  alat-alat Laboratorium  serta  adanya  infrastruktur  Laboratorium yang lengkap”. Kemudian, menurut Wirjosoemarto, dkk (2004: 40) “pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah Laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu  suatu  ruangan  yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum”.

Jenis Laboratorium

Laboratorium dapat bermacam macam jenisnya. Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 41) di Sekolah Menengah, umumnya jenis laboratorium disesuaikan dengan mata pelajaran yang membutuhkan laboratorium tersebut. Karena itu di sekolah-sekolah untuk pembelajaran IPA biasanya hanya dikenal Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi. Di SLTP mungkin hanya ada Laboratorium IPA saja. Di Perguruan Tinggi, untuk satu jurusan saja,  mungkin  terdapat  banyak  laboratorium. Kadang-kadang atas pertimbangan efisiensi, suatu ruangan laboratorium difungsikan  sekaligus  sebagai  ruangan  kelas untuk proses belajar mengajar. Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Science classroom laboratory. Kelebihan jenis laboratorium ini bersifat multi guna.

Fasilitas dan Penataan Ruang Laboratorium

Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 44) laboratorium yang baik harus dilengkapi  dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai Laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat lemari bahan, ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain.
Menurut Wicahyono (2003: 30), untuk menentukan apakah suatu ruangan itu cocok   atau tidak untuk dijadikan laboratorium, kita perlu memperhatikan beberapa hal seperti arah angin, dan arah datangnya cahaya. Apabila memungkinkan, ruangan   Laboratorium sebaiknya terpisah dari bangunan ruangan kelas. Hal ini perlu untuk  menghindari terganggunya proses belajar mengajar di kelas yang dekat dengan laboratorium akibat dari kegiatan yang berlangsung di laboratorium, baik suara   atau   bau yang ditimbulkan.

Sumber-sumber Ketidakpastian dalam Pengukuran

Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian pengukuran, yaitu:
  1.    Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang menyertai saat pengukuran. Bila sumber ketidakpastian adalah alat ukur, maka setiap alat ukur tersebut digunakan akan memproduksi ketidakpastian yang sama. Yang termasuk ketidakpastian sistematik antara lain:
  1. Kesalahan kalibrasi alat
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukkan angka pada alat tidak tepat, sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya kuat arus listrik yang melewati suatu beban sebenarnya 1,0 A, tetapi  bila diukur  menggunakan  suatu Ampermeter tertentu selalu terbaca 1,2 A. Kesalahan tersebut diatasi dengan mengkalibrasi ulang instrumen terhadap instrumen standar.
  1. Kesalahan nol
Ketidaktepatan penunjukan alat pada skala nol juga melahirkan ketidakpastian sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Pada sebagian besar alat umumnya sudah dilengkapi dengan sekrup pengatur/pengenol. Bila sudah diatur maksimal tetap tidak tepat pada skala nol, maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
  1. Waktu respon yang tidak tepat
Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data) tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu beban yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu  yang kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.
  1. Kondisi yang tidak sesuai
Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh kejadian yang hendak diukur. Misal, mengukur nilai transistor saat dilakukan penyolderan, atau mengukur panjang sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar logam. Hasil yang diperoleh tentu bukan nilai yang sebenarnya karena panas mempengaruhi sesuatu yang diukur maupun alat pengukurnya.
  1. Kesalahan komponen lain
Seperti melemahnya pegas yang digunakan atau terjadi gesekan antara jarum dengan bidang skala.
2.    Ketidakpastian Random
Ketidakpastian random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak sehingga pengaturan atau pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya:
  1. Fluktuasi pada besaran listrik. tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus secara cepat dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi. Demikian pula saat kita mengukur kuat arus listrik.
  2. Getaran landasan. Alat yang sangat peka (misalnya seismograf) akan melahirkan ketidakpastian karena gangguan getaran landasannya.
  3. Radiasi latar belakang. Radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil pengukuran alat pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random.
  4. Gerak acak molekul udara. Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak Brown), sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang halus, misalnya mikro-galvanometer dan melahirkan ketidakpastian pengukuran.
  1. 3.    Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang bersumber dari kekurang terampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya: metode pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks),
Membaca nilai skala bila ada jarak antara jarum dan garis-garis skala
Gambar 2.1 Ketika membaca skala pada mistar, arah pandangan harus tepat tegak lurus pada tanda garis skala yang dibaca. Jika tidak akan terjadi kesalahan paralaks, termasuk kesalahan sistematis.
salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat.
Seiring kemajuan teknologi, alat ukur dirancang semakin canggih dan kompleks, sehingga banyak hal yang harus diatur sebelum alat tersebut digunakan. Bila yang mengoperasikan tidak terampil, semakin banyak yang harus diatur semakin besar kemungkinan untuk melakukan kesalahan sehingga memproduksi ketidakpastian yang besar pula.

Aturan Angka Penting

  1. 1.    Penulisan Angka Penting
Penulisan angka nol pada angka penting, ternyata memberikan implikasi yang amat berharga.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka penting atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini:
  • Semua angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.
  • Semua  angka  nol  yang  tertulis  setelah  titik  desimal  termasuk angka penting.
Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting  16,00 memiliki 4 angka penting.
  • Angka  nol  yang  tertulis  di  antara  angka-angka  penting  (angka-angka bukan nol), juga termasuk angka penting.
Contoh: 305 memiliki 3 angka penting.
20,60 memiliki 4 angka penting.
  • Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,5 memiliki 1 angka penting.
0,0860 memiliki 3 angka penting.
Hasil pengukuran 186.000 meter memiliki berapa angka penting? Sulit untuk  menjawab pertanyaan ini. Angka 6 mungkin angka taksiran dan tiga angka nol di belakangnya menunjukkan titik desimal. Tetapi dapat pula semua angka tersebut merupakan hasil pengukuran. Ada dua cara untuk memecahkan kesulitan  ini. Pertama: titik desimal diubah menjadi satuan, diperoleh 186 km  (terdiri 3 angka penting) atau 186,000 km (terdiri 6 angka penting). Kedua: ditulis dalam bentuk notasi baku, yaitu 1,86 x 105  m (terdiri 3 angka penting) atau 1,86000 x 105 m (terdiri 6 angka penting).
Jumlah angka penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan indikator  tingkat  ketelitian  pengukuran  yang dilakukan.  Semakin banyak angka penting yang dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin teliti.
Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan angka penting:

  1. Satu angka penting
: 2, 0,1 0,002 0,01   x 10-2
  1. Dua angka penting
: 2,6 1,0 0,010 0,10   x 10-2
  1. Tiga angka penting
: 20,1 1,25 0,0621 3,01   x 10-2
  1. Empat angka penting
: 20,12 1,000 0,1020 1,001 x 10-2

  1. 2.    Perhitungan dengan Angka Penting
Setelah mencatat  hasil  pengukuran  dengan  tepat,  diperoleh  data-data kuantitatif  yang  mengandung  sejumlah  angka-angka  penting.  Sering  kali, angka-angka  tersebut  harus  dijumlahkan,  dikurangkan,  dibagi,  atau dikalikan. Ketika kita mengoperasikan angka-angka penting hasil pengukuran, jangan  lupa  hasil  yang  kita  dapatkan  melalui  perhitungan  tidak  mungkin memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran.


a. Penjumlahan dan pengurangan
Bila  angka-angka  penting  dijumlahkan  atau  dikurangkan,  maka  hasil penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan ketelitian angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan,  yang paling tidak teliti.
Contoh:
24,681    ketelitian hingga seperseribu
2,34      ketelitian hingga seperseratus
  3,2   +  ketelitian hingga sepersepuluh
30,221 ® Penulisan hasil yang benar    30,2 ketelitian hingga sepersepuluh.

Bila jawaban ditulis 30,22 ketelitiannya hingga seperseratus. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan lebih teliti dibanding hasil pengukuran, karena hasil pengukuran yang dijumlahkan ada yang ketelitiannya  hanya  sampai  sepersepuluh,  yaitu  3,2. Apakah  mungkin? Apalagi  bila  hasil  perhitungan  ditulis   30,221,  berarti  ketelitian  hasil perhitungan hingga seperseribu.

b. Perkalian dan pembagian
Bila  angka-angka  penting  dibagi  atau  dikalikan,  maka  jumlah  angka penting  pada  hasil  operasi  pembagian  atau  perkalian  tersebut  paling banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh:
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2,         ditulis 6,8 cm2

c. Aturan pembulatan angka-angka penting
Sebagaimana telah didiskusikan pada bagian sebelumnya, perhitungan yang melibatkan angka penting tidak dapat diperlakukan sama seperti operasi matematik biasa.  Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan, sehingga hasil perhitungannya tidak memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran yang dioperasikan.
Kita ambil kembali contoh penjumlahan dan perkalian sebelumnya;
24,681 + 2,343 + 3,21 = 30,234            ditulis 30,23
3,22 x 2,1 = 6,762                                  ditulis  6,8

Mengapa pada hasil penjumlahan nilai 0,004 dihilangkan, sedangkan pada hasil perkalian nilai 0,062 dibulatkan menjadi 0,1? Untuk membulatkan angka-angka penting, ada beberapa aturan yang harus kita ikuti:
  • Angka kurang dari 5, dibulatkan ke bawah (ditiadakan)
Contoh: 12,74 dibulatkan menjadi 12,7
  • Angka lebih dari 5, dibulatkan ke atas
Contoh: 12,78 dibulatkan menjadi 12,8
  • Angka 5, dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan bila angka sebelumnya genap.
Contoh: 12,75 dibulatkan menjadi 12,8
12,65 dibulatkan menjadi 12,6
  1. 1.    Penulisan Angka Penting
Penulisan angka nol pada angka penting, ternyata memberikan implikasi yang amat berharga.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka penting atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini:
  • Semua angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.
  • Semua  angka  nol  yang  tertulis  setelah  titik  desimal  termasuk angka penting.
Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting  16,00 memiliki 4 angka penting.
  • Angka  nol  yang  tertulis  di  antara  angka-angka  penting  (angka-angka bukan nol), juga termasuk angka penting.
Contoh: 305 memiliki 3 angka penting.
20,60 memiliki 4 angka penting.
  • Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,5 memiliki 1 angka penting.
0,0860 memiliki 3 angka penting.
Hasil pengukuran 186.000 meter memiliki berapa angka penting? Sulit untuk  menjawab pertanyaan ini. Angka 6 mungkin angka taksiran dan tiga angka nol di belakangnya menunjukkan titik desimal. Tetapi dapat pula semua angka tersebut merupakan hasil pengukuran. Ada dua cara untuk memecahkan kesulitan  ini. Pertama: titik desimal diubah menjadi satuan, diperoleh 186 km  (terdiri 3 angka penting) atau 186,000 km (terdiri 6 angka penting). Kedua: ditulis dalam bentuk notasi baku, yaitu 1,86 x 105  m (terdiri 3 angka penting) atau 1,86000 x 105 m (terdiri 6 angka penting).
Jumlah angka penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan indikator  tingkat  ketelitian  pengukuran  yang dilakukan.  Semakin banyak angka penting yang dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin teliti.
Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan angka penting:

  1. Satu angka penting
: 2, 0,1 0,002 0,01   x 10-2
  1. Dua angka penting
: 2,6 1,0 0,010 0,10   x 10-2
  1. Tiga angka penting
: 20,1 1,25 0,0621 3,01   x 10-2
  1. Empat angka penting
: 20,12 1,000 0,1020 1,001 x 10-2

  1. 2.    Perhitungan dengan Angka Penting
Setelah mencatat  hasil  pengukuran  dengan  tepat,  diperoleh  data-data kuantitatif  yang  mengandung  sejumlah  angka-angka  penting.  Sering  kali, angka-angka  tersebut  harus  dijumlahkan,  dikurangkan,  dibagi,  atau dikalikan. Ketika kita mengoperasikan angka-angka penting hasil pengukuran, jangan  lupa  hasil  yang  kita  dapatkan  melalui  perhitungan  tidak  mungkin memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran.


a. Penjumlahan dan pengurangan
Bila  angka-angka  penting  dijumlahkan  atau  dikurangkan,  maka  hasil penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan ketelitian angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan,  yang paling tidak teliti.
Contoh:
24,681    ketelitian hingga seperseribu
2,34      ketelitian hingga seperseratus
  3,2   +  ketelitian hingga sepersepuluh
30,221 ® Penulisan hasil yang benar    30,2 ketelitian hingga sepersepuluh.

Bila jawaban ditulis 30,22 ketelitiannya hingga seperseratus. Hal ini menunjukkan hasil perhitungan lebih teliti dibanding hasil pengukuran, karena hasil pengukuran yang dijumlahkan ada yang ketelitiannya  hanya  sampai  sepersepuluh,  yaitu  3,2. Apakah  mungkin? Apalagi  bila  hasil  perhitungan  ditulis   30,221,  berarti  ketelitian  hasil perhitungan hingga seperseribu.

b. Perkalian dan pembagian
Bila  angka-angka  penting  dibagi  atau  dikalikan,  maka  jumlah  angka penting  pada  hasil  operasi  pembagian  atau  perkalian  tersebut  paling banyak sama dengan jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh:
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2,         ditulis 6,8 cm2

c. Aturan pembulatan angka-angka penting
Sebagaimana telah didiskusikan pada bagian sebelumnya, perhitungan yang melibatkan angka penting tidak dapat diperlakukan sama seperti operasi matematik biasa.  Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan, sehingga hasil perhitungannya tidak memiliki ketelitian melebihi ketelitian hasil pengukuran yang dioperasikan.
Kita ambil kembali contoh penjumlahan dan perkalian sebelumnya;
24,681 + 2,343 + 3,21 = 30,234            ditulis 30,23
3,22 x 2,1 = 6,762                                  ditulis  6,8

Mengapa pada hasil penjumlahan nilai 0,004 dihilangkan, sedangkan pada hasil perkalian nilai 0,062 dibulatkan menjadi 0,1? Untuk membulatkan angka-angka penting, ada beberapa aturan yang harus kita ikuti:
  • Angka kurang dari 5, dibulatkan ke bawah (ditiadakan)
Contoh: 12,74 dibulatkan menjadi 12,7
  • Angka lebih dari 5, dibulatkan ke atas
Contoh: 12,78 dibulatkan menjadi 12,8
  • Angka 5, dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan bila angka sebelumnya genap.
Contoh: 12,75 dibulatkan menjadi 12,8
12,65 dibulatkan menjadi 12,6

Keterampilan Proses Sains

Dalam pembelajaran IPA hasil belajar proses dikenal dengan keterampilan proses sains. Keterampilan-keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah (Nur, 2009). Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam Keterampilan Proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan, penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian secara operasional, dan perumusan model.

1) Pengamatan adalah penggunaan indera-indera Anda. Anda mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (1) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan, (2) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu, (3) pengidentifikasian banyak sifat, (4) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek, (5) melakukan pengamatan kuantitatif (contoh: “5 kilogram” bukan “berat”), dan (6) melakukan pengamatan kualitatif (contoh: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”).


2) Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah: (1) pengidentifikasian suatu sifat umum (mineral yang menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam), dan (2) memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih (mineral yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas).


3) Penginferensial adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensian berlangsung melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh: Anda melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang mungkin diajukan adalah bahwa ada cacing tanah di dalam tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat penginferensian adalah (1) mengkaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu, dan (2) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan.

4) Peramalan/prediksi adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesesuai, (b) penafsiran data/grafik, (c) perumusan generalisasi tentang pola-pola, dan (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.

5) Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah: (a) pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai, (b) pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data, dan (c) perancangan poster atau diagram untuk menyajikan data untuk meyakinkan orang lain.

6) Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah massa suatu obyek, berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan suatu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai, dan (b) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut.

7) Penggunaan Bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat penggunaan bilangan adalah: (1) penghitungan, (2) pengurutan, (3) penyusunan bilangan dalam pola-pola yang benar, dan (c) penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.

8) Merumuskan Masalah, masalah harus dirumuskan secara operasional untuk membantu siswa merumuskan hipotesis yang dapat dijawab melalui penyelidikan atau bukti-bukti. Masalah dirumuskan dengan kata tanya yang bersifat terbuka. Beberapa petunjuk melatih siswa dalam merumuskan masalah adalah sebagai berikut: 1) memulai dengan menulis beberapa pertanyaan yang bersifat ilmiah, 2) menyisihkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan pengumpulan bukti, 3) memecah pertanyaan umum menjadi pertanyaan-pertanyaan spesifik yang dapat diselidiki satu persatu, dan 4) merumuskan pertanyaan yang dapat dijawab melalui penyelidikan.

9) Merumuskan Hipotesis adalah suatu prediksi berdasarkan pengamatan yang dapat diuji atau jawaban sementara dari rumusan masalah. Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang memberikan prediksi pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terhadap variabel respon. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif berdasarkan data hasil pengamatan maupun secara deduktif berdasarkan teori menuju suatu pernyataan. Beberapa petunjuk melatih siswa dalam merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1) hipotesis dihasilkan dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi atau pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan, 2) hipotesis harus dapat diuji melalui suatu penyelidikan, dan 3) hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan (jika… maka….), bukan dalam bentuk pertanyaan. Contoh hipotesis: jika sumber tegangan diperbesar maka semakin keras bunyi yang dihasilkan oleh bel listrik.

10) Merencanakan Eksperimen adalah membuat suatu rencana terorganisasi untuk menguji suatu hipotesis. Merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan bagaimana cara mengidentifikasi variabel yang diperlukan untuk menguji hipotesis, mendefinisikan secara operasional variabel tersebut, merencanakan prosedur eksperimen, dan merencanakan tabel data hasil pengamatan.

(1) Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau berubah pada situasi tertentu. Keterampilan identifikasi variabel dapat diukur berdasarkan tiga tujuan pembelajaran berikut: a) mengidentifikasi variabel dari suatu pernyataan tertulis atau dari deskripsi suatu eksperimen, b) mengidentifikasi variabel manipulasi (suatu variabel yang secara sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi) dan variabel respon (variabel yang berubah sebagai akibat dari variabel manipulasi), dan c) mengidentifikasi variabel kontrol (variabel yang dijaga tetap selama eksperimen) dari suatu pernyataan tertulis atau deskripsi suatu eksperimen.

Beberapa petunjuk melatih siswa dalam mengidentifikasi variabel sebagai berikut: a) memulai dengan mendeskripsikan pertanyaan atau proses yang sedang diselidiki, kemudian mengidentifikasi variabel manipulasi dan variabel respon dalam eksperimen tersebut, memprediksi hasil yang dapat diamati pada variabel respon, b) membuat daftar seluruh variabel lain yang mempengaruhi variabel respon, c) membuat pertimbangan setiap jenis variabel umum, seperti waktu, suhu, panjang, masa, volume, jumlah, dan jenis zat yang digunakan, dan d) menentukan variabel kontrol.

(2) Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah pernyataan yang mendeskripsikan bagaimana variabel tertentu harus diukur atau bagaimana suatu benda/kondisi harus dikenali. Definisi tersebut harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen. Beberapa petunjuk untuk melatih siswa membuat definisi operasional variabel adalah sebagai berikut: a) mempelajari seluruh rencana tertulis untuk melaksanakan sebuah eksperimen atau menulis sebuah rencana bila belum ada, b) mengidentifikasi setiap variabel atau istilah yang belum memiliki arti tunggal yang jelas, dan c) menulis definisi yang jelas dan lengkap tentang apa yang seharusnya dilakukan atau diukur.

(3) Prosedur Eksperimen

Prosedur eksperimen adalah suatu deskripsi langkah demi langkah tentang bagaimana mengubah variabel manipulasi dan mengamati pengaruh-pengaruh terhadap variabel respon.

(4) Tabel Data Hasil Pengamatan

Tabel data adalah susunan informasi terorganisasi dalam baris-baris dan kolom-kolom berlabel. Tabel data sangat membantu menginterpretasikan informasi yang telah dikumpulkan orang lain, menyediakan cara teratur untuk mencatat data hasil pengamatan, dan mengingatkan data apa saja yang perlu dikumpulkan. Beberapa petunjuk melatih siswa dalam membuat tabel data sebagai berikut: a) mempertimbangkan variabel manipulasi dan respon untuk menentukan pengamatan yang akan dilakukan, b) merencanakan pengamatan sesuai dengan pola tertentu, misalnya: setiap satu menit atau setiap 10 lilitan kawat, c) membuat draf tabel data dan sebuah judul tabel yang sesuai, d) menuliskan satuan ke dalam label kolom, e) membandingkan draf tabel data dengan rencana, dan f) merevisi draf tabel data.


11) Melaksanakan Eksperimen, eksperimen dilaksanakan untuk menjawab suatu permasalahan atau menguji suatu hipotesis. Pada kegiatan ini, siswa dilatih bertindak sebagai peneliti sehingga dituntut bersikap obyektif, sistematis, logis, dan teliti.

12) Menganalisis Data adalah menjelaskan atau mengartikan data yang diperoleh dari hasil eksperimen. Menganalisis data dapat dilakukan dengan cara membandingkan atau mencari kecenderungan dari data yang dianalisis.


13) Menyimpulkan Data adalah pembuatan pernyataan yang mengikhtisarkan apa yang telah dipelajari dari suatu eksperimen atau pengamatan. Kesimpulan hasil eksperimen pada umumnya berkaitan dengan hipotesis, karena setelah siswa melaksanakan eksperimen baru dapat disimpulkan apakah hipotesis itu diterima atau ditolak. Beberapa petunjuk melatih siswa menarik kesimpulan sebagai berikut: 1) menjadikan hipotesis sebagai acuan dalam eksperimen, 2) mengiden-tifikasi pola-pola dari data yang dianalisis, 3) menentukan apakah data yang diperoleh mendukung hipotesis atau tidak, dan 4) membuat pertimbangan, apakah perlu merencanakan eksperimen lain untuk mendukung kesimpulan yang dibuat.


CONTOH KETERAMPILAM PROSES SAINS